Belantara Learning Series (BLS) Eps. 4: “Restorasi Ekosistem Untuk Pelestarian Satwa Liar”

 

Sumber: Belantara Learning Series Eps 4

  1. Pemanfaatan Drone untuk Kegiatan Restorasi    

Drone menjadi salah satu teknologi untuk melihat spesies di hutan dalam melakukan restorasi. Drone bisa digunakan untuk identifikasi jenis pohon, keasaman, kelembaban, kepadatan tanah, dan sebagainya. Salah satu aspek penting dalam pemanfaatan drone untuk restorasi yaitu untuk melihat kesehatan tanah. Di hutan tropis, kita perlu mengidentifikasi apa yang ada di taah untuk menjadi dasar dilakukannya restorasi. Salah satu caranya yaitu melakukan restorasi dengan teknik persebaran biji menggunakan drone, yang dikumpulkan dalam kantung untuk disebarkan oleh drone di sekitar kawasan restorasi.

Drone juga bisa dimanfaatkan dengan menggunakan proses teknis dan software. Teknologi persiapan biji-bijian (Seed Enhancement Technology) menjadi faktor penting dengan menggunakan biji-bijian. Disamping itu, lingkungan yang baik harus diperhatikan agar biji tersebut dapat tumbuh. Salah satu kerjasama yang dilakukan di Indonesia mengenai teknik persebaran biji menggunakan teknologi drone yaitu bersama Belantara Foundation.

Drone dapat terbang selama 6 km/jam, dan akan mengeluarkan kantung biji-bijian per meter kawasan. Satu buah drone bisa mengeluarkan sebanyak 1200 kantung biji per jam. Saat ini dunia kehilangan 40 juta pohon per hari, karena hal ini teknik penyebaran biji menggunakan drone menjadi salah satu upaya untuk melakukan perbaikan kawasan hutan kita. Pohon sangat penting bagi ekosistem. Selain hal itu, teknik ini juga dapat digunakan untuk melihat presenti keberhasilan regenerasi pohon, berapa yang mati dan yang tumbuh.  

2. Pendanaan Berkelanjutan untuk Restorasi Ekosistem dan Pelestarian Satwa Liar

Saat ini, satwa liar khususnya yang dilindungi masih terdapat diluar kawasan konservasi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melindungi satwa tersebut, seperti memperhatikan berbagai habitat tempat hunian nya., yaitu area dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, taman keanekaragaman hayati, lahan basah, sungai, danau, dan bentang alam yang memiliki kekhususan geomorfologi.

Beberapa program Tropical Forest Conservation Act Kalimantan:

·         Lahan basah Mesangat Suwi (LBMS)

·         Pelestarian Pesut Mahakam

·         Pembinaan habitat dan Konservasi Arwana

Untuk melanjutkan upaya konservasi kehati, terdapat beberapa skema pendanaan lanjutan, antara lain:

1.      Pendanaan pemerintah (pusat/daerah), dana desa, dll

2.      DNS (debt for Nature swaps): adanya kesepakatan antar negara (jumlah dana, mekanisme,

3.      program, dll); DNS Jerman, TFCA

4.      Imbal jasa Lingkungan: imbal yang diberikan oleh pemanfaat kepada penyedia jasa lingkungan

5.      Pendanaan karbon

6.      Pendapatan wisata sebagai bagian dari jasa lingkungan

7.      CSR, dapat berupa hibah/kemitraan

8.      Conservation partnership

9.      Pendanaan bilateral dan multilateral

3. Pemodelan dan Aplikasi Spasial untuk Pengelolaan Satwa Liar yang Efektif

Prinsip dasar pemodelan spasial terdiri atas inductive dan deductive.

Pengelolaan satwa liar:

1.                  Menentukan nilai biologis

2.                  Menentukan ancaman dan kesempatan

3.                  Menentukan batasan Perlindungan

4.                  Identifikasi dan menentukan kawasan prioritas

 

4.      RE-Hutan Harapan Untuk Keberlangsungan Satwa Liar

Layanan ekosistem dan peran hutan harapan yaitu: hutan hujan dataran rendah Sumatra yang        tersisa, pencegahan banjir dan penyangga wilayah di Muba-Sumsel Hulu S. Musi, memberikan layanan ekosistem yang           penting bagi lanskap yang lebih luas, tempat pendidikan lingkungan anak sekolah dan generasi muda, mengelola Hutan Harapan sebagai lanskap produktif kerja sama masyarakat lokal dan pihak relevan.

a)    Kegiatan Restorasi hutan

Lebih dari 5.000 hektar atau berjumlah 4 juta bibit yang ditanam. perlindungan zoologi menggunakan kamera trap dan botani dibuatkan herbarium dan fenologi. Abiotic diperhatikan iklim, hidrologi, dan data tanah. Sosial-ekonomi dilakukan penilaian masa jabatan, survei mata percaharian, SIA, dan survei KK ekonomi. Di bidang ekologi dilakukan inventarisasi hutan, plot dem, dan potensi survei.

b)   Memperkuat kebijakan restorasi ekosistemdi KLHK

Bentuk kegiatan yaitu Inventarisasi Hutan Berkala (IHBRE), rencana kerja usaha (10 tahun), rencana kerja tahunan (1 tahun), phpl- monev, multi usaha, teknis restorasi berdasarkan degradasi: berat: penanaman, sedang: pengamanan dan pengayaaan ringat: suksesi alam/penagaman kawasan. Penggunaan alat untuk pemantauan waktu nyata menggunakan sistem CT- SMART (pemantauan waktu nyata), patroli rutin dan terpadu, penjaga komunitas, tatabatas partisipatif: temu gelang, mobilisasi tim karhutla dan desentralisasi peralatan, MPAH, dan reklaim areal karhutla 4.4 34 ha

·           Tren deforestasi menurun sejak 2018

·           Berhasil meng-calim/restore sekitar 5.000 hektar sejak 2019

c)    Hutan Kemitraan Skema

12 Kelompok menandatangani NKK (4 Batin Sembilan, 4 Melayu, dan 4 Migran), 130 ha agroforestri yang dikembangkan dengan model berbasis karet, memfasilitasi kesehatan dan pendidikan dasar, pengembangan ekonomi-akses pasar, MOU ditindaklanjuti dengan pengembangan agfroforestry, program pengemb masyarakat.

d)     Ringkasan Model Bisnis

e)      Hutan harapan dan pelepasliaran satwa

f)       Pemantauan spesies kunci

g)      Pemantauan keanekaragaman hayati

·           Pemantauan Tutupan Hutan

·           Pemantauan regenerasi area pasca kebakaran

·           Menilai pendekatan untuk rehabilitasi sempadan sungai

·           Pemantauan Gajah Sumatera

·           Pemantauan Harimau Sumatera

·           Memantau Ungko

·           Pemantauan Burung Rangkong

·           Pemantauan Burung berkicau

·           Pemantauan Aliran Sungai

·           Pemantauan Curah Hujan

 

Pemanfaatan teknologi untuk pemantauan keanekaragaman hayati terdiri dari GPS; 3 unit untuk pemantauan pergerakan gajah, GPS Audiomoth, perangkap kamera; Harimau dan satwa mangsanya, Bioakustik-Audiomoth; Burung dan satwa yang terekam lainnya, Perangkap Kamera Penjaga: memantau pembalakan liar, Drone: Pemantauan udara, pelacak cyber smart.

Tantangan penyelamatan kehati dan habitatnya di hutan harapan yaitu hutan dataran rendah semakin sedikit, hutan harapan semakin terancam, kegiatan illegal masih marak seperti: pendudukan lahan untuk pertanian oleh masyarakat pendatang, penebangan liar dan penambangan ilegal, dan karhutla, perburuan untuk perdagangan satwa liar, integrasi teknologi untuk pemantauan keanekaragaman hayati, standar pelepasliaran satwa dan profesionalisme.

 

Sumber: Belantara Learning Series Eps. 4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian Aspek Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Dalam AMDAL

Potensi Lebah Kelulut Sebagai Penghasil Madu Yang Kaya Akan Manfaat

Urgensi Restorasi di Lahan Gambut