Bio Coffee Talk (BCT): "NGO dan Konservasi Indonesia"
NGO merupakan singkatan dari Non-Govermental Organization atau yang sering disebut sebagai
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) non profit yang memiliki dasar kepentingan
sosial dan juga lingkungan. NGO bergerak secara independen tanpa adanya campur
tangan pemerintah pusat ataupun daerah.
NGO memiliki 6 peran penting, yaitu:
- Pengembangan dan pembangunan infrastruktur
- Mendukung inovasi, uji coba dan proyek percontohan
- Memfasilitasi komunikasi
- Bantuan teknis dan pelatihan
- Penelitian, monitoring, dan evaluasi
- Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin
NGO lingkungan merupakan yayasan yang sudah berkecimpung
dalam menghimpun dan mengelola sumberdaya untuk disalurkan dalam bentuk dana
hibah, fasilitas, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang
berbagai program pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati di Indonesia
secara adil dan berkelanjutan.
Di Indonesia terdapat beberapa NGO lingkungan ataupun NGO yang bergerak dalam pelestarian keanekaragaman hayati, seperti yang akan dibahas dibawah ini:
1. Forum Orangutan Indonesia (FORINA)
FORINA atau Forum Orangutan Indonesia berdiri pada
tanggal 25 Februari 2009. Alasan dari terbentuknya forum ini yaitu muncul pada Orangutan Conservation Reintroduction
Workshop (OCRW) di tahun 2001 dan Orangutan PHVA Workshop tahun 2004 yang
menyepakati dibentuknya Orangutan
Conservation Forum (OFC), yang diharapkan lembaga yang dapat megawal proses
pelaksanaan hasil-hasil workshop.
FORINA menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam setiap implementasi program, yaitu:
- FORINA merupakan waah pemersatu dan selalu berupaya untuk mendorong sinergi para pihak dalam upaya konservasi orangutan.
- FORINA menjalankan peran sebagai unsur perekat bagi seluruh pemangku kepentingan dalam konservasi orangutan. Oleh karenanya, FORINA menyediakan ruang yang netral bagi para pemangku pihak yang terkait dengan konservasi orangutan.
- FORINA merupakan wahana komunikasi, berbagai pengetahuan, informasi, pengalaman dan pembelajaran dalam program konservasi orangutan.
- Sebagai forum konservasi orangutan di Indonesia, FORINA selalu berupaya untuk mendorong gerakan sosial, menggalang partisipasi masyarakat dan dukungan publik dalam upaya konservasi orangutan.
- FORINA menjunjung tinggi prinsip kemitraan dan kolaborasi, sehingga tidak menjadi pelaksana program di lapangan, melainkan bermitra dengan organisasi lokal di tingkat regional atau tapak.
Orangutan adalah satu-satunya kera besar yang hidup di
daratan Asia. Kerabat terdekat lainnya berasal dari Afrika, yaitu; simpanse,
gorilla, dan bonobo. Di Indonesia, orangutan dilindungi oleh Undang-Undang No 5
Tahun 1990. Di dunia Internasional, orangutan telah masuk dalam kategori Kritis
(Critically Endangered) oleh IUCN
karena populasinya di alam semakin berkurang, sebagai akibat dari perburuan,
perdagangan, deforestasi dan konflik dengan manusia. Selain itu CITES
memasukkan orangutan dalam Appendix I, yaitu dilarang untuk diperjualbelikan
dalam bentuk apapun.
Ada tiga jenis orang utan di Indonesia, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii), orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus). Populasi orangutan menurun drastis dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Berdasarkan analisis PHVA (Population Habitat Viability Analysist) tahun 2016, diperkirakan terdapat 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, yang tersebar pada 52 metapopulasi di kawasan seluas 17.460.000 hektar.
2. Jaringan Satwa Indonesia (JSI)
Jaringan Satwa Indonesia merupakan NGO yang didirikan
oleh bapak Benvika bersama teman-temannya dengan satu tujuan untuk
menyejahterakan kehidupan satwa-satwa yang ada di daerah Jakarta terkait
penanganan kehidupan satwa. JSI bergerak dalam bidang kelestarian kehidupan
satwa dan hewan yang kurang sejahtera dikarenakan aktivitas manusia yang dapat
memberikan dampak tidak baik hingga buruk kepada satwa dan hewan-hewan
tersebut.
JSI telah melakukan berbagai kegiatan salah satunya yaitu
menyejahterakan kehidupan kuda delman yang berada di sekitaran daerah Jakarta,
dengan membantu dan memberikan solusi kepada pemerintah Jakarta terkait
memberikan kesejahteraan kepada kuda delman, dengan tetap tidak melarang adanya
kuda delman, JSI melakukan kesepakatan dengan pemerintah seperti memberikan
kartu tanda izin bagi kuda delman yang berada di sekitaran daerah Jakarta. Selain
kuda delman JSI juga memberikan bantuan terhadap kesejahteraan satwa lainnya di
Jakarta. Dalam melakukan kegiatannya JSI didampingi oleh instansi terkait
seperti kepolisian, KLHK, dan BKSDA.
Hal-hal yang dilakukan oleh JSI ini sebagai NGO sangat membantu dalam pergerakan konservasi Indonesia. Dalam hal memberikan kesejahteraan, solusi terbaik terkait penanganan satwa yang ada di daerah Jakarta.
3. Belantara Foundation
Yayasan Belantara merupakan NGO yang dibentuk pada tahun
2014, dan menerima pendapatan oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas yang bekerja
pada program keberlanjutan yang melestarikan dan merehabilitasi ekosistem,
melindungi spesies yang terancam punah dan menawarkan kualitas hidup yang lebih
baik kepada para petani lokal di Indonesia. Kami bekerja untuk melindungi
lanskap Indonesia dengan mengimplementasikan proyek lokal di area yang
dikhususkan untuk konservasi, reboisasi, dan pengembangan masyarakat yang berkelanjutan.
Belantara mencapai tujuan lingkungannya dengan mengambil
pendekatan lanskap, menemukan solusi yang lebih besar daripada operasi dan
rantai pasokan perusahaan manapun. Dengan tujuan akhir yaitu untuk melaksanakan
program yang melestarikan dan merehabilitasi ekosistem, melindungi spesies yang
terancam punah dan membantu petani lokal mewujudkan kemakmuran yang
berkelanjutan di Indonesia dan menjadi pengusaha yang menyiapkan kesuksesan
untuk generasi mendatang.
Program Strategis Belantara:
- Konsensus untuk program konservasi
- Program pengembangan kelembagaan
- Program aksi perlindungan ekosistem
- Program aksi restorasi ekosistem
Program Pendukung Belantara:
- Program pengembangan kapasitas
- Progam pemberdayaan masyarakat
- Pendidikan lingkungan dan konservasi
- Progam bantuan teknis dan pemantauan
Salah satu hutan lahan gambut terdegradasi yang telah
diidentifikasi terletak di Lanskap Giam Siak Kecil Bukit Batu, Riau, Indonesia.
Kawasan ini merupakan bagian dari Cagar Biosfer, rumah bagi makhluk hidup yang
beraneka ragam, seperti harimau dan gajah Sumatera, dan juga merupakan penyerap
karbon utama. Sayangnya, area ini telah terdegradasi selama bertahun-tahun
karena berbagai alasan. Itulah mengapa restorasi hutan penting karena akan
membantu hutan lahan gambut yang terdegradasi untuk pulih kembali ke hutan yang
sehat.
Menurut IUCN, restorasi gambut terbukti lebih efektif
dibandingkan dengan metode lain untuk mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu,
Yayasan Belantara bekerja sama dengan APP Sinar Mas Japan cabang dan pemangku
kepentingan lainnya untuk merestorasi beberapa kawasan hutan terdegradasi di
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, Riau.
Proyek restorasi lahan gambut kami berlokasi di kawasan
konservasi pemasok APP di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu dan berfokus
pada penanaman pohon, pemeliharaan, dan perlindungan berkelanjutan di wilayah
proyek restorasi.
Dalam perkembangannya, masyarakat adat, lokal dan
tradisional, pelaku usaha, NGO/LSM turut memanfaatkan dan menjaga sumber daya
alam hayati dan ekosistem, melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal, maupun
kemajuan teknologi. Peran NGO di Indonesia sangat penting terhadap konservasi masa
sekarang hingga masa yang akan datang.
Sumber:
Webinar IKA Fabiona Bio
Coffee Talk (BCT): “NGO dan Konservasi Indonesia”
https://belantara.or.id/introducing-belantara#
https://accurate.id/bisnis-ukm/ngo-adalah/
Komentar
Posting Komentar